Rabu, 20 Maret 2013

Hirotoda Ototake


     


    Hirotada Otatake (Oto) lahir pada tanggal 6 April 1976 sebagai anak yang tidak memiliki tangan dan kaki. Keadaan ini disebut tetra-amelia. Ketika pertama kali dilahirkan dan dipertemukan dengan kedua orang tuanya, respon yang muncul dari orang tua Oto begitu mengetahui anaknya cacat tetap merasakan kebahagiaan sebagai orang tua yang memiliki anak. Oto-chan , begitu dia selalu dipanggil teman- temannya. Daging tangan tidak tumbuh sampai harus mengambil daging dari punggungnya untuk menutupi tulang yg tumbuh di pangkal lengannya, sehingga tanda V akan terus menjadi tanda di punggungnya seumur hidupnya.
   Tanpa tangan dan kaki, dia tetap begitu bersemangat menghadapi hidup. Kehadirannya juga diterima dengan sangat baik di lingkungan sekolahnya. Sejak dari kecil kehadirannya menjadikan motivasi untuk teman- temannya untuk terus berbuat baik teman- temannya juga tidak memanjakan Oto, Oto terus berjuang menjalani kehidupannya, menganggap dirinya sama dengan manusia yang terlahir lengkap dengan tangan dan kaki, dia didukung oleh orang- orang yang begitu diberkati, karena memberi Oto-chan kesempatan untuk menunjukkan dia pun mampu.

"Oto" kecil 
     Sewaktu masih bayi, Ia merupakan bayi yang sering menangis, jarang tidur dan selalu minum formula tambahan setengah dari yang dibutuhkan. Orang tuanya selalu menyempatkan diri untuknya, misalnya ibunya selalu rajin membacakan cerita untuk Oto dan ayahnya mengajak Oto bermain balok bergambar.
     Pada tahun terakhir di TK, kelas Oto mepersiapkan sebuah drama untuk Hari Kesenian. Oto menempatkan diri sebagai pembaca narator karena keterbatasan fisik yang dimilikinya. Setelah drama selesai, Oto mendapat sambutan yang hangat sebagai seorang narator. Bahkan ada seorang ibu yang mengatakan kepada anaknya, “ Kamu harus menjadi seorang pembaca cerita kalau sudah besar nanti!!!”

Pertemuan Oto dengan seorang guru yang disiplin dan keras 
     Oto dapat diterima disekolah umum, karena dia dapat mempraktekan apa yang bisa dilakukan olehnya di depan Dewan Pendidikan SD Yohga, seperti makan memakai sendok atau garpu, menulis, menggunting kertas atau berjalan tanpa kursi roda. Di kelas satu hingga empat, Oto mendapatkan seorang guru yang berpikiran terbuka tetapi keras dan disiplin dalam mendidik yaitu Sensei Takagi.
    Oto selalu ditekankan untuk melakukan hal-hal yang dapat dilakukannya seorang diri kecuali ada yang benar-benar tidak dapat dilakukannya sendiri. Selama dididik oleh Sensei Takagi, banyak peraturan yang dibuat untuk membuat Oto menjadi semakin mandiri dan merasa sebagai anak normal. Misalnya, di kelas ia tidak boleh memakai kursi roda tanpa seijin Sensei Takagi. Hal ini dilakukan agar Oto dapat menggerakkan otot-ototnya yang sedang dalam masa petumbuhan. Selama enam tahun sekolah di sekolah dasar umum, Oto mendapatkan lingkungan yang selalu memberikan dorongan kepadanya.
    Di usinya yang ke-20, di suatu malam di musim gugur, Oto tidak bisa tidur dan berpikir tentang segala hal. Apa yang akan kulakukan dengan hidup mulai saat ini? Lalu pertanyaan itu berubah menjadi “Aku ingin menjadi apa?”. Kemudian berkembang menjadi “Apa yang paling penting pada diriku?” Oto merenung kembali akan apa yang telah dia lakukan di tahun2 yg lewat, ketika dia masih melihat uang dan status adalah segala2nya. Dan malam itu dia tahu kedua hal itu bukanlah jalan dalam menempuh hidup. Bagaimanapun kayanya kita, kalau sudah mati semuanya akan percuma. Dan apalah artinya status atau poluparitas kalau tak seorangpun mendukung kita?
    Oto lalu berpikir untuk melakukan sesuatuuntuk orang banyak, untuk masyarakat, hidup dalam lingkungan yang saling mengasihi, mengerti dan dimengerti oleh sebanyak mungkin orang. Dan hal ini akan membuat dirinya berharga. Begitulah Oto berproses dan kemudian berbuat lebih banyak lagi.
   Pada awal masuk sekolah prakuliah ini, Oto mendalami kembali Bahasa Inggris dari awal, Bahasa Jepang dan Sejarah Jepang. Oto selalu bangun lebih pagi untuk berangkat sekolah lebih cepat dan ia dapat belajar terlebih dahulu di sana hingga petang. Oto mendaftar ke Universitas Waseda, universitas swasta yang merupakan salah satu universitas paling diincar di Jepang, yang pelaksanaan ujiannya setelah ujian universitas negeri. Di Waseda. Oto masuk ke klub English Speaking Society (ESS) karena ada dorongan ayahnya yang berkata, “pastikan kamu bisa berbahasa Inggris karena akan sangat berguna.” Dengan bergabung ke ESS, Oto mendapat kesempatan untuk ikut lomba pidato Bahasa Inggris dan berhasil menjadi juara. 

Hikmah dan pelajaran yang dapat diperoleh dari hidup Hirotada Ototake:

“ Bahwa Anda tidak perlu dilahirkan sebagai orang yang sempurna untuk bisa merasakan kebahagiaan “.– Hirotada Ototake.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Alanisa blog's Blogger Template by Ipietoon Blogger Template